Al Qur’an adalah kemuliaan yang paling tinggi. Al Quran adalah kalam Allah Swt. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah, Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus.
Dari Utsman radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 4639)
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah
(Al Qur’an) dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30)
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Rabb-mu (Al Quran) (QS. Al Kahfi : 27)
Dan firman-Nya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al Quran)… (QS. Al Ankabut : 45)
Dan firman-Nya: Aku hanya diperintahkan
untuk menyembah Rabb negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci
dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri”. * Dan supaya aku membacakan
al-Qur’an (kepada manusia). “. (QS. an-Naml: 91-92)
Seseorang yang berpegang teguh pada Al
Qur’an, sebagai modal kekuatan pegangan dan landasan filsafat hidup maka
orang itu akan mampu tegar, tidak gampang menyerah, sigap dalam
menentukan sikap, dan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh
ketidakpastian situasi, tidak mudah terpengaruh oleh prinsip hidup lain,
hal itu karena prinsip dalam kepribadiannya sudah mantap dan semua itu
akan tercermin dalam sikapnya dalam menyelesaikan persoalan hidup
Alangkah indahnya hidup kita, bila kita
tidak hanya sekedar bisa membaca Al Quran, tetapi juga menghafalnya dan
mengamalkannya. Banyak hadits Rasulullah Saw yang mendorong untuk
menghafal Al Qur’an atau membacanya di luar kepala, sehingga hati
seorang individu muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab
Allah Swt. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
“Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikit pun adalah seperti
rumah kumuh yang mau runtuh (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah
Sawbersabda: “Penghafal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian
Al Quran akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang
itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Quran kembali meminta:
Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah.
Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah
meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah
naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat
yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan” (HR. Tirmidzi, hadits
hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al Hakim, ia menilainya hadits shahih)
Berikut adalah Fadhail Hifzhul Qur’an (Keutamaan menghafal Qur’an) :
Al Qur’an akan menjadi penolong
(syafa’at) bagi penghafal .Dari Abi Umamah ra. ia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an,
sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para
pembacanya (penghafalnya).”” (HR. Muslim)
Nabi Saw memberikan amanat pada para
hafizh dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah
ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah SAW sebuah delegasi yang banyak
jumlahnya, kemudian Rasul
mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa
yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda
usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku
hafal surat ini.. surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal
surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.” Nabi
bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR.
At-Turmudzi dan An-Nasa’i).
Nikmat mampu menghafal Al Qur’an sama
dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu, “Barangsiapa
yang membaca (hafal) Al Quran, maka sungguh dirinya telah menaiki
derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan padanya.” (HR. Hakim)
Seorang hafizh Al Qur’an adalah orang
yang mendapatkan Tasyrif nabawi (Penghargaan khusus dari Nabi Saw). Di
antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat
penghafal Al Qur’an adalah perhatian yang khusus kepada para syuhada
Uhud yang hafizh Al
Qur’an. Rasul
mendahulukan pemakamannya. “Adalah Nabi mengumpulkan diantara orang
syuhada uhud, kemudian beliau bersabda, :Manakah diantara keduanya yang
lebih banyak hafal Al Quran, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka
beliu mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari)
Hafizh Qur’an adalah keluarga Allah yang
berada di atas bumi. “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara
manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul
menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan
pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad)
Siapa yang membaca Al Qur’an,
mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya
pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang
tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di
dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?”
Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Al Qur’an.” (HR. Al-Hakim)
Dari Abdillah bin Amr bin ‘Ash dari Nabi
SAW, beliau bersabda, “Akan dikatakan kepada shahib Al Qur’an, “Bacalah
dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al
Qur’an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca.”
(HR. Abu Daud dan Turmudzi)
Kepada hafizh Al Qur’an, Rasul SAW
menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah. Rasulullah SAW
bersabda, “Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak
hafalannya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa yang membaca satu huruf
dari Al Qur’an maka baginya satu hasanah, dan hasanah itu akan
dilipatgandakan sepuluh kali. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu
huruf, namun Alif itu satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.”
(HR. At Turmudzi).
Allah Ta’ala berfirman:
وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al
Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu.” (QS. Al-Maidah: 48)
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata,
“Batu ujian adalah yang terpercaya, Al-Qur`an adalah terpercaya di atas
seluruh kitab sebelumnya.”
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ
آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ
النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ
اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
“Tidak boleh ada hasad (kecemburuan)
kecuali pada dua hal. (Pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah
(hafalan) Al Qur`an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (Kedua)
kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu
dibelanjakannya harta itu siang dan malam (di jalan Allah).” (HR.
Al-Bukhari no. 4638 dan Muslim no. 1350)
Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ
الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ
فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al Qur`an,
maka kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia. Dan
orang yang membaca Al Qur`an dengan tertatah-tatah, ia sulit dalam
membacanya, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. Muslim no. 1329)
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ
كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا
وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ
رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ
لَهَا
“Perumpamaan orang yang membaca Al
Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga
sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah
kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang
membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun
rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an
adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak
sedap.” (HR. Al-Bukhari no. 4632 dan Muslim no. 1328)
Para malaikat juga ada yang
mempunyai tugas khusus turun untuk mendengarkan bacaan orang yang
membaca Al-Qur`an. Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu bercerita:
أَنَّ أُسَيْدَ بْنَ حُضَيْرٍ بَيْنَمَا
هُوَ لَيْلَةً يَقْرَأُ فِي مِرْبَدِهِ إِذْ جَالَتْ فَرَسُهُ فَقَرَأَ
ثُمَّ جَالَتْ أُخْرَى فَقَرَأَ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا قَالَ أُسَيْدٌ
فَخَشِيتُ أَنْ تَطَأَ يَحْيَى فَقُمْتُ إِلَيْهَا فَإِذَا مِثْلُ
الظُّلَّةِ فَوْقَ رَأْسِي فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي
الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا قَالَ فَغَدَوْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بَيْنَمَا
أَنَا الْبَارِحَةَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ أَقْرَأُ فِي مِرْبَدِي إِذْ
جَالَتْ فَرَسِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ
حُضَيْرٍ قَالَ فَقَرَأْتُ ثُمَّ جَالَتْ أَيْضًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ ابْنَ حُضَيْرٍ قَالَ
فَانْصَرَفْتُ وَكَانَ يَحْيَى قَرِيبًا مِنْهَا خَشِيتُ أَنْ تَطَأَهُ
فَرَأَيْتُ مِثْلَ الظُّلَّةِ فِيهَا أَمْثَالُ السُّرُجِ عَرَجَتْ فِي
الْجَوِّ حَتَّى مَا أَرَاهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ
قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ
“Pada suatu malam, Usaid bin Hudlair
membaca (surat Al Kahfi) di tempat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya
meloncat, ia membaca lagi, dan kuda itupun meloncat lagi. Kemudian ia
membaca lagi, dan kuda itu meloncat kembali. Usaid berkata, “Saya
khawatir kuda itu akan menginjak Yahya, maka aku pun berdiri ke arahnya.
Ternyata (aku melihat) sepertinya ada Zhullah (sesuatu yang menaungi)
di atas kepalaku, di dalamnya terdapat cahaya yang menjulang ke angkasa
hingga aku tidak lagi melihatnya. Maka pada pagi harinya, aku menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah,
semalam saya membaca (Al Qur`an) di tempat penambatan kudaku namun
tiba-tiba kudaku meloncat.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya
lagi, dan kuda itu juga meloncat kembali. Beliau bersabda: “Bacalah
wahai Ibnu Hudlair.” Kemudian aku pun membacanya lagi, dan kuda itu juga
meloncat kembali. Beliau bersabda lagi, “Bacalah wahai Ibnu Hudlair.”
Ibnu Hudlair berkata; Maka sesudah itu, akhirnya saya beranjak. Saat itu
Yahya dekat dengan kuda, maka saya khawatir kuda itu akan menginjaknya.
Kemudian saya melihat sesuatu seperti Zhullah (sesuatu yang menaungi)
yang di dalamnya terdapat cahaya yang naik ke atas angkasa hingga saya
tidak lagi melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun
bersabda: “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya
kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya
dan Malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.” (HR.
Muslim no. 1327)
Disunnahkan untuk mendengarkan bacaan
Al-Qur`an, meminta orang yang hafal untuk membacanya, menangis ketika
membaca dan mendengarnya, serta mentadabburi kandungannya. Semua ini
dipetik dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu bahwa dia
berkata:
قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ
أُنْزِلَ قَالَ فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي فَقَرَأْتُ
عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى بَلَغْتُ: { فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا
مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
}.قَالَ أَمْسِكْ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda kepadaku: “Bacakanlah Al Qur’an kepadaku! Aku berkata;
Bagaimana aku membacakan kepadamu, padahal Al Qur’an diturunkan
kepadamu? Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku suka mendengarkannya dari
orang lain.” Lalu aku membacakan kepada beliau surat An Nisa` hingga
tatkala sampai ayat, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat
dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu.”
(QS. An Nisa`: 41).” Beliau berkata, ‘Cukup.’ Dan ternyata beliau
mencucurkan air mata (menangis).” (HR. Al-Bukhari no. 4216 dan Muslim
no. 1332
Begitu banyak keutamaan menghafal Al
Quran, tapi karena kesibukan dunia dan segala pesonanya yang menggoda,
membuat kita jadi malas melakukannya, karena itu mulai sekarang,
sebaiknya kita mulai meluangkan waktu untuk mulai kembali menghafal Al
Quran.